Rabu, 05 Mei 2010

bundaran HI

v1_kha

Bundaran Hotel Indonesia: Simbolik
Kemajuan Kota Jakarta

Pengantar

Jakarta, warga Indonesia mana yang tidak pernah mendengar nama kota metropolitannya Indonesia itu. Jakarta seumpama jantung bagi negara yang tercinta ini, semua kegiatan bangsa terpusat pada kota tersebut. Mulai dari ekonomi, pembangunan, politik dan masih banyak lagi. Walaupun tidak pernah pergi ke kota tersebut, tapi setidaknya pernah melihat dan mengenal Jakarta dengan simbol-simbolnya. Mulai dari media cetak hingga media massa, Kota Jakarta seolah menjadi hal wajib untuk di bahas. Tampilan Jakarta sangat lekat dengan Monas, bundaran Hotel Indonesia, Gedung MPR DPR, Istana negara.

Jika datang ke Jakarta, kita akan disambut dengan lambaian tangan dua pasang remaja yang berdiri tegak di tengah-tengah kolam air yang terletak di jantungnya kota Jakarta. Dua remaja yang berada di tengah-tengah kolam air ini adalah sebuah tugu selamat datang yang dimiliki kota Jakarta sejak tahun 1962.
Berdirinya Patung Selamat Datang bertepatan dengan berdirinya Hotel Indonesia, yang dibangun berdasarkan penjiwaan dan daya cipta Presiden Soekarno presiden Republik Indonesia Pertama, dengan maksud supaya Indonesia yang masih dalam usia muda kemerdekaannya memiliki sebuah Hotel bertaraf internasional yang bisa dibanggakan kepada negara-negara lain. Terutama dalam menyambut tamu olimpade ASEAN GAMES pada saat itu.
Bundaran Hotel Indonesia, yang lebih di kenal dengan sebutan Bundaran HI ini seringkali dijadikan arena massa dalam menyampaikan pendapatnya kepada para birokrat dalam aksi demonstrasi dan seringkali di sorot oleh media cetak dan media elektronik dalam mengambil image kota Jakarta.
Pada pengamatan kali ini penulis memilih Bundaran Hotel Indonesia sebagai objek karena tempat ini seolah menjadi Brand-nya kota Jakarta karena seringkali dijadikan tempat strategis bagi massa dan lokasi yang bagus untuk disorot oleh media. Pada pengamatan kali ini, ingin dilihat apa sebenarnya yang menjadi latar belakang ketertarikan tempat tersebut bagi masyarakat dan fenomena apa saja yang terjadi. Penulis mendapatkan data dari hasil wawancara dari beberapa informan yang berada di sekitar lokasi dan menggunakan data sekunder dari internet guna mengetahui sejarah tempat tersebut.
Bundaran Hotel Indonesia di Jantung Jakarta
Hotel Indonesia di Jakarta adalah hotel termegah pertama yang dibangun di kawasan Asia Tenggara. Hotel yang diresmikan 5 Agustus 1962 oleh Presiden Indonesia Soekarno itu menjadi ikon kota Jakarta dan kebanggaan Indonesia. Di seberang hotel dibangun Tugu Selamat Datang dan air mancur. Bundaran air mancur itu dinamakan Bundaran Hotel Indonesia, dan disingkat sebagai Bundaran HI. Tepat di tengah lingkaran kolam itu terdapat patung sepasang remaja yang melambaikan tangan dengan maksud menyambut kedatangan orang ke kota Jakarta. Patung Selamat Datang, terletak tepat ditengah piring raksasa dengan bahan patung yang dibuat dari tembaga dengan warna kemerah-merahan dengan simbol lingga-yoni, yang merupakan simbol favorit bung karno dalam mengkreasi suatu bangunan. Saat sekarang kondisi patung telah berwarna kehijau-hijauan akibat hujam asam yang sering membasahi tubuhnya. Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang itu dibangun untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Jakarta dan mengikuti Asian Games Ke-4 tahun 1962.
Semenjak berdirinya monumen Bundaran HI telah direnovasi oleh Pemda DKI dengan dihiasi dengan 5 (lima) formasi air mancur yang merupakan simbol ideologi Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA yang memiliki 5 (lima) sila dan sekaligus juga merupakan simbol dari tanda memberi salam kepada kota Jakarta sebagai kota Ibu Negara dan Kota Metropolitan. Sekarang kedudukan Monumen Bundaran HI tepat berada dijantung Ibukota, lain dengan dulu saat baru diresmikan ditahun 1962 bundaran HI masih berada didaerah pinggiran kota Jakarta.

Bundaran HI berada tepat pada garis Utara–Selatan mengikat kawasan pelabuhan Tanjung Priok disebelah Utara dan kawasan Kebayoran disebelah selatan, serta mempunyai simbol-simbol tertentu dengan dua pilar beton dengan tinggi 30 meter dengan tinggi patung sekitar 7 meter terletak pada poros lingkaran piring raksasa dengan garis tengah selebar 100 meter dengan landasan dikelilingi oleh air kolam yang merefleksikan bentuk patung itu dalam bayangannya seakan memberikan kesan kedalaman arti dan makna dari keberadaan monumen selamat datang, sungguh megah monumen terlihat seakan-akan melambai mega raya dilangit.

Sangat mudah jika ingin ke lokasi Bundaran HI ini, bisa menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum seperti; kopaja, busway, PPD, taxi, metromini. Lokasi yang terletak di jantung kota ini akan menarik siapapun untuk mengunjungi atau bahkan hanya sekedar melewati Bundaran HI tersebut, karena tempatnya yang dekat dengan dua pusat perbelanjaan termegah dan terbesar di Jakarta. Yaitu, Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Selain itu juga dekat dengan tempat wisata Taman Monumen Nasional, wilayah perumahan elit, perhotelan seperti; Kempinski, dan kantor-kantor pemerintahan bahkan perusahaan-perusahaan nasional dan internasional, seperti; Badan Pengawas Pemilu, Bank Indonesa, Deutche Bank.

Jika pada siang hari kita berjalan kaki di sekitar Bundaran HI maka kita akan merasakan bulir-bulir air yang menyentuh tubuh kita. Bulir-bulir air ini berasal dari air yang dihembus oleh angin siang hari, sehingga kita akan merasakan kesegaran. Dan jangan heran, jika kita lewat daerah tersebut pada siang hari maka akan ada keinginan untuk menceburkan diri kedalam kolam air mancurnya, karena kesegaran yang ditawarkan oleh kolam air tersebut sangat kontras dengan udara yang menyelimuti kota Jakarta.

Lain lagi jika anda ingin menikmati Bundaran HI pada malam hari. Bundaran HI yang merupakan kolam air mancur ini dihiasi oleh lampu-lampu yang mampu mempertontonkan keindahan Bundaran tersebut akan menambah keindahan kota Jakarta pada malam hari, belum lagi ditambah mobil-mobil yang hilir mudik dengan lampu yang menyala, seolah membiarkan patung selamat datang tersebut dikelilingi oleh lampu-lampu yang menyorotinya.

Jika kita berada di bundaran tersebut jangan berharap akan menemukan jalanan bebas dari kendaraan, terutama kendaraan roda empat, kecuali pada hari bebas kendaraan yang di tetapkan oleh pemerintah. Kendaraan yang lewat pun terbilang kendaraan mewah. Hal ini disebabkan karena banyak terdapat gedung perkantoran mewah disekitarnya. Oleh karena itu, walaupun sudah ada trafigt light yang mengatur lalu lintas, tetap dihadirkan polisi lalu lintas untuk menjaga keamaan dan kelancaran lalu lintas seputaran jalan tersebut. Apalagi setelah dibangun Pos Polisi modern yang terletak di sebelah timur Hotel Indonesia.

Untuk para pejalan kaki yang ingin menyebrang jalan telah disediakan jembatan penyebrangan. Terdapat larangan yang tertulis jelas pada papan yang terletak dipinggir jalan MH.Thamrin tersebut, yang berbunyi “Menyebrang tidak pada tempatnya diancam dengan pidana kurungan 6 bulan atau Rp5.000.000,-“ PerDa tahun 2001. Peraturan ini tampaknya benar-benar berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat sekitar, karena tidak terlihat satupun masyarakat yang menyebrangi Jl.MH.Thamrin dan Jl.Sudirman tersebut. Kecuali jalan yang memisahkan antara Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Atau jika kalian ingin menikmati Air Mancur Bundaran HI dari dekat.

Simbolik dan Ruang Interaksi Publik
Kita semua tahu bahwa selama ini patung pada Bundaran HI tersebut menjadi saksi bisu daripada perkembangan sejarah dan politik pemerintahan bangsa Indonesia dimulai dari pemerintahan Presiden pertama RI dan pergantian presiden selanjutnya, pergantian gubernur DKI-JAYA dan selanjutnya dan lebih khususnya lagi Monumen Patung Selamat datang di Bundaran HI menjadi saksi perkembangan tumbuhnya Kota Jakarta yang tumbuh secara liar tanpa terkendali, hal ini dapat terlihat dari arah pencapaian atau kedatangan. Hal ini dapat dilihat bahwa posisi patung yang menyambut kedatangan dengan lambaiannya tidak berubah. Padahal pada saat ini titik kedatangan sudah berubah, tidak lagi dari arah Kemayoran (Pelabuhan Udara) dan Tanjung Priok (Pelabuhan Laut). Tapi patung itu seolah tetap melambai untuk siapapun yang melewatinya.
Dahulu lambaian tangan tersebut disampaikan untuk menyambut duta olahraga dari berbagai negara. Fungsi Bundaran HI sebagai titik jantung ibukota telah berubah fungsi sebagai tempat terbaik untuk kaum demostran Menyuarakan ’suara hati nurani rakyat’, meskipun telah diketahui bahwa tidak ada satupun gedung Pemerintahan sebagai sasaran dari aksi demonstrasi itu berada tepat dihadapan area tersebut. Adapun gedung pemerintahan berjarak sekian ratus meter dari wilayah tersebut. Akibatnya setiap ada kegiatan di area monumen tersebut menyebabkan kemacetan yang padat dengan hiruk pikuk suara mesin dan klakson pengendara kendaraan bermotor bersaing dengan suara pengeras suara sang orator aksi demo. Hilanglah keindahan dan kemegahan monumen bundaran HI untuk sementara waktu dan agak teraniaya maksud tujuan dari revosai Bundaran HI.
Bundaran HI merupakan jantungnya kota Jakarta, maka hal ini akan menjadi sorotan publik sehingga akan lebih diperhatikan oleh pemerintah, media bahkan masyarakat yang mungkin merasa terhibur atau bahkan terganggu dengan keberadaan aksi demonstrasi tersebut. Adapun aksi demonstrasi massa yang biasa terjadi di Bundaran HI ini biasanya dilakukan oleh banyak elemen masyarakat, baik dari mahasiswa, kelompok homoseksual dan masih banyak lagi, baik yang pro maupun kontra terhadap pemerintahan atau permasalahan yang terjadi pada bangsa kita tercinta ini.

Monumen Bundaran HI saat sekarang sering dimanfaatkan sebagai Titik Acuan pencapaian, hal ini bisa kita lihat dari kalimat-kalimat promosi real astate atau property, kita mungkin tidak asing dengan kalimat-kalimat ‘Lokasi Perumahan kami hanya 30 menit dari jantung kota’ dan digambarkan Jantung Kota tersebut adalah patung Selamat datang bundaran HI, dan sebagai Titik Orientasi atau landmark. Bahkan Bundaran HI seringkali menjadi latarbelakang pada acara-acara, misalnya saja pada era tahun 80-an, bahkan pada saat sekarang ini seringkali acara-acara televisi menggunakan Bundaran HI sebagai lokasi syuting dan kini sebuah Stasiun Telivisi dengan Acara berita juga mengambil lokasi Monumen Bundaran HI sebagai latar belakang layout studio.

Sungguh bermaknanya Monumen bundaran HI sebagai ciri atau identitas dari Kota Jakarta hingga dapat mengalahkan keberadaan pamor Monumen Nasional yang sebenarnya adalah landmark dari Kota Jakarta, atau mungkin karena kawasan MONAS yang telah dibatasi dengan pagar pembatas yang tinggi seakan-akan memisahkan rasa kepemilikan masyarakat sehingga masyarakat Jakarta lebih memilih dan menyukai Monumen Bundaran HI.

Begitu banyak ketertarikan dan kepentingan masyarakat terhadap Monumen Bundaran HI, padahal kita tahu masih banyak monumen air mancur di Jakarta yang juga menarik dan baik, seperti Monumen Patung Pemuda diujung jalan sudirman, Monumen Air Mancur Pertamina yang berada di taman Martha Tiahahu kawasan Blok M Jakarta selatan. Namun karena nilai historis yang berdekatan dengan ” founding father” yang menyebabkan Monumen Bundaran HI terlihat lebih spesial dan selalu diingat masyarakat atau karena Bundaran HI dikelilingi oleh bangunan-bangunan pecakar langit yang megah dan modern yang seakan-akan menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di masyarakat jakarta.

Seperti yang telah disebutkan di awal, kawasan sekitar Bundaran HI dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit sebagai pertumbuhan ekonomi. Selain terdapat Hotel berbintang dan perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional, juga terdapat dua buah pusat perbelanjaan yaitu Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Inilah mengapa kawasan tersebut kemudian menjadi jantungnya kota Jakarta. Di sekitar Bundaran HI ini juga praktek kapitalisme menjamur dan terlihat jelas. Seperti apa yang dikatakan oleh Marx; komoditas yang memiliki suatu bentuk dimana komoditas itu memasuki konsumsi individual dari kelas kapitalis dan pekerja. Menurut Marx konsumsi terbagi menjadi dua yaitu subsistem dan konsumsi mewah. Di satu sisi adalah “alat-alat konsumsi yang diperlukan yang memasuki konsumsi kelas pekerja” dan “alat-alat konsumsi mewah yang memasuki kelas kapitalis” (George Ritzer-Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Klasik, 2007. hal 568)

Seperti yang telah dijelaskan oleh Marx sebelumnya, fenomena inilah yang sedang melanda kawasan sekitar Bundaran HI. Terdapat konsumsi alat-alat mewah yang dilakukan masyarakat. Tentunya masyarakat kelas-kelas tertentu, yang oleh Marx disebut masyarakat kelas atas. Seperti yang kita tahu, kawasan Bundaran HI terdapat hotel mewah Kimpenski yang tidak akan mampu di gunakan oleh kelas bawah, bahkan pada dua pusat perbelanjaan tersebut. Banyak merk-merk terkenal yang harganya pun tak mampu dibayangkan oleh masyarakat menengah ke bawah, seperti merk-merk CK (Celvin Klain), Sogo yang terpampang pada tembok-tembok bangunan pusat perbelanjaan tersebut dan pada spanduk-spanduk yang dipasang di sepanjang jalan yang membelah antara dua bangunan Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Kita juga bisa menikmati aktivitas pada Bundaran HI dari restoran-restoran mewah di Plaza Indoensia yang tepat menghadap Bundaran HI. Hal inilah yang menandai bahwa kawasan Bundaran HI adalah kawasan yang dapat dikatakan modern dan high class.

Kesimpulan

Keberadaan Bundaran HI sendiri sudah bergeser dari patung selamat datang yang dibuat untuk menyambut para peserta olimpiade yang tadinya berada di daerah pinggiran menjadi berada di daerah jantung Kota Jakarta. Bahkan Bundaran HI sendiri dapat mengalahkan pamor Monumen Nasional yang letaknya tidak terlalu jauh dari Bundaran HI sendiri sebagai Landmark atau ciri dari kota Jakarta. Bundaran HI dikatakan sebagai jantung kota karena di kawasan inilah terdapat pusat perekonomian dan modernisasi. Yang ditandai dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langit, hotel berbintang dan pusat perbelanjaan mewah yang hanya sanggup di konsumsi oleh kalangan atas. Inilah mengapa Bundaran HI menjadi pusat perhatian dan menarik publik. Simbol-sombol kota seperti Bundaran HI ini seharusnya dirawat dan dijaga, terutama oleh pemerintah dan masyarakat yang sering menggunakan tempat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar